Senin, 18 November 2013

-Latex Mask-


tersebutlah seorang anak laki-laki bernama Melvin yang selalu tersenyum, banyak orang mengira ia punya sedikit kelainan mental. di sekolah, teman-temannya sering mengerjai dirinya dan bermain lelucon jahat dengannya. mereka memperlakukan Melvin layaknya seorang idiot.

walaupun sering dijadikan bahan guyonan. Melvin tak pernah menjauh dari anak-anak lain, ia berharap suatu hari mereka akan menerimanya, hal yang ia inginkan hanyalah sebuah persahabatan. tapi Melvin selalu ditolak dan diacuhkan.
diantara murid-murid sekolah lainnya, Tyrell lah yang paling sering mengganggu Melvin, ia adalah seorang ketua geng anak-anak nakal disekolahnya dan terkenal sering mengintimidasi anak yang bertubuh lebih kecil, terutama Melvin. dan tak pernah melewatkan kesempatan untuk menghinanya di depan semua murid. Tyrell akan memukul dan menendang Melvin untuk bersenang-senang. kadang menyuruh anak-anak lainnya untuk mengeroyok Melvin dan itu
membuatnya tertawa terbahak-bahak.

kapanpun namanya dipanggil, diejek, ditantang berkelahi dan dikerjai habis-habisan. Melvin hanya tersenyum atau kadang tertawa ringan. ia berpura-pura untuk tidak terpengaruh akan segala perlakuan yang ia terima. walaupun begitu, senyumannya adalah bagai topeng yang menyembunyikan rasa sakit hati Melvin.

disuatu malam Hallowen, Tyrell dan antek-anteknya sedang berkumpul di tengah kota saat mereka melihat Melvin berjalan sepulang sekolah. Tyrell memberitahu teman-temannya bahwa ia mendapat ide brilian untuk mengerjai Malvin.

"ikuti saja" kata Tyrell dengan seringai licik lalu berlari menghampiri Melvin dan mencengkeram kerah bajunya kemudian menariknya kedalam kelompok

"malam ini kita akan menggali mayat dari kubur"
ujar Tyrell
"dan kau akan membantu kami"

"oh ayolah kawan-kawan"
jawab Melvin
"jangan bermain-main dengan hal seperti itu"

"tak ada yang bermain-main disini" kata Tyrell
"ingat Ny. Jefferson yang meninggal tahun lalu ? Well, malam ini kita akan mengunjungi makamnya, kita akan menggali mayatnya dari dalam kubur dan meletakkannya di depan sekolah untuk menakut-nakuti semua orang. kami yang akan menggali, tapi kami butuh seseorang untuk mengangkut mayatnya, dan kami telah memilihmu"

"tolong jangan Tyrell" jawab Melvin mengiba.
"kau tidak bisa memintaku melakukan hal semacam itu"

"aku tidak memintamu, aku memerintahkanmu !" bentak Tyrell.
"kau akan melakukannya seperti yang kukatakan, kau harus datang ke pekuburan setelah makan malam, jika kau tidak muncul, akan kuhajar kau habis-habisan besok disekolah. jangan beritahu siapapun tentang ini atau kau boleh menganggap dirimu sudah mati"

malam semakin larut, Tyrell dan teman-temannya berkumpul di gerbang pekuburan kota. Tyrell menjelaskan rencananya pada mereka. ia akan menyamar menjadi mayat dan bersembunyi didalam makam, diantara batu-batu nisan. ia menunjukkan kostum dan topeng karet yang ia bawa bersamanya.

"ketika dia sampai, kalian bilang padanya untuk masuk kedalam pekuburan dan suruh dia menemukan makam Ny. Jefferson, ada makam yang baru digali ditengah-tengah pekuburan, aku akan bersembunyi disana, saat dia mendekat, aku akan menangkapnya dan menariknya kedalam bersamaku, dia pasti begitu ketakutan, mungkin terkena serangan jantung"

anak-anak lainnya berfikir bahwa ini adalah rencana yang hebat dan akan sangat menyenangkan, Tyrell memakai kostumnya dan berjalan menuju tempat persembunyiannya, ia masuk kedalam salah satu makam dan menunggu dengan sabar.

"ini akan menjadi lelucon Halloween terbaik !" gumam Tyrell sembari mengenakan topeng karetnya.

satu jam kemudian, Melvin akhirnya tiba dan bertemu dengan anak-anak lainnya di pintu masuk pemakaman. ia tersenyum sebagaimana biasanya, tapi dari matanya, mereka bisa melihat bahwa Melvin ketakutan setengah mati. ia memasukkan tangannya kedalam saku dan terlihat gemetaran dari luar. mereka mendorong Melvin kedalam dan menyuruhnya menemukan makam yang dimaksud.

disana sangat gelap ketika Melvin berjalan menyusuri jalan setapak, satu-satunya sumber cahaya berasal dari layar ponsel yang Melvin genggam ditangannya, ia berjalan melewati batu-batu nisan, setiap suara yang ia dengar membuatnya melonjak ketakutan dan tak mampu berhenti gemetaran.

akhirnya, Melvin sampai di tengah-tengah areal pekuburan dan menemukan makam yang baru digali, saat ia mendekatinya pelan untuk mencaritahu siapa yang dikubur disana, sebuah tangan tiba-tiba muncul dari dalam kubur dan mencengkeram kakinya.

Melvin menjerit saat ia ditarik kedalam tanah, ia jatuh di sebuah lubang, batuk-batuk dan membersihkan lumpur yang menghalangi pandangannya, disana, ia melihat pemandangan yang sangat mengerikan.

sesosok mayat berdiri dihadapannya, kulitnya pucat dan membusuk, matanya melesak masuk kedalam tengkoraknya yang retak. Melvin melompat dan menarik sebilah pisau dari dalam saku celananya.

"tunggu, tunggu, jangan tusuk aku" Tyrell berteriak ketakutan.

"kenapa begitu?" tanya Melvin

Tyrell panik dan jatuh terjerembab kebelakang, tersandung kostumnya sendiri.

Melvin makin mendekat, mengacungkan pisaunya yang mengkilap diterpa sinar rembulan.

"tunggu, kau tidak mengerti" sergah Tyrell, buru-buru melepaskan topengnya.
"ini aku...Tyrell... kami hanya sedang mengerjaimu"

Melvin melangkah maju, mengenggam pisaunya erat dan mengangkatnya tinggi diatas kepala Tyrell.

"kau yang tidak mengerti" Melvin bilang. kali ini senyum diwajahnya menghilang dan telah berubah menjadi ekspresi penuh dendam.
"aku tahu ini semua leluconmu sejak awal"

MIRROR


Smile

Sepupuku baru baru ini pindah ke rumahku di Amerika dari Secunderabad, India. Saat di perjalanan menjelajahi Amerika, kita berfoto – foto dan bertukar cerita cerita hantu dan tertawa akan kemiripan dan perbedaan antara cerita hantu Amerika dan cerita hantu India. Saat aku menanyakannya apakah dia pernah mengalami apapun yang berhubungan dengan hal hal gaib, matanya terbelalak dan memalingkan matanya ke jendela. Dan saat keheningan begitu terasa bagiku, dia menjawabnya dengan pelan “Ya, beberapa. Salah satunya sangat menakutkan.”

“Saat aku sedang menjalani tahun kedua kuliahku, aku tinggal di asrama perempuan. Aku mendapatkan banyak teman disana. Kami semua sangat senang untuk bersekolah jauh dari orang tua kami yang kolot. Berada di asrama itu sangat menyenangkan, tetapi itu adalah gedung yang sangat sangat tua. Listrik hanya dipasang di kamar kamar. Terkadang, lilin lilin ditaruh di sepanjang jendela jika penjaga hadir, tetapi biasanya saat kamu meninggalkan kamar, kamu akan berhadapan dengan lorong yang gelap gulita. Sudah lazim membangunkan seseorang jika kamu ingin berjalan ke wc yang berada di ujung lorong. Kami semua mempunyai ketakutan kekanak-kanakan akan berada sendirian di kegelapan.

Suatu malam, aku harus menggunakan wc.

Pada saat itu sekitar jam 4 dini hari.

Aku beranjak ke ranjang temanku dan menepuk pundaknya. Dia langsung membuka matanya tepat setelah aku menyentuhnya. Aku meminta maaf karena telah menggangunya, dan memberitahu nya bahwa aku ingin buang air kecil. Dia tersenyum padaku dan lompat dari ranjangnya. Di sepanjang jalan menyusuri lorong, dia tertawa dan menari. Aku tidak bisa melihatnya sama sekali, gelangnya menggerincing bersamaan dengan kencang dan bel di gelangnya berdenting dengan pelan. Itu sangat menenangkan rasa takutku. Aku tertawa dan menggoyangkan pinggulku di sepanjang lorong bersamanya, sangat lelah untuk meniru gerakan lengan yang rumit. Dia tidak berbicara apapun padaku, dan kadangkala aku mendengar dia mendengungkan satu dari lagu Bollywood kesukaanku. Kejadian yang sama terjadi lagi saat di sepanjang jalan kembali ke kamar.

Aku bangun telat di pagi harinya karena suara beberapa pria yang berada di ruangan kami. Mereka mengerubungi ranjang temanku. Aku loncat dari tempat tidurku, bersiap untuk melindungi temanku, saat aku menyadari mereka adalah para pengurus asrama kampus. Aku mengintip lebih dekat. Mata temanku yang sudah tidak bernyawa terfokus ke tempat tidurku; senyum yang sama di wajahnya. Bunuh diri.

Waktu kematian dia adalah pada jam 11.30 pm, hampir 5 jam sebelum ku bangunkan dia.”

Senin, 11 November 2013

Packed lunch

source: scaryforkids
translate by: Sasha

Aku berlari ke sekolahku secepat yang aku bisa. Beruntung, aku tepat waktu. Aku tidak pernah terlambat ke sekolah. Tapi hal yang buruk adalah, sahabatku tidak datang ke sekolah hari ini. Aku tidak melakukan apa-apa saat jam makan siang, jadi aku bosan. Aku sedang berjalan mengelilingi sekolah saat aku melihat seorang gadis duduk sendiri, jauh dari yang lain.

Dia sendiri, memakan bekalnya. Dia terlihat kesepian, jadi aku akan mencoba untuk menjadi temannya.
“Hai, siapa namamu?” tanyaku, sambil duduk di sebelahnya. Dia berhenti makan, lalu menatapku. “Namaku Daisy.” Jawabnya pelan. “Kenapa kau duduk disini sendiri?” tanyaku. “Aku anak baru disini.” Jawabnya. “Aku baru pindah kesini beberapa hari yang lalu dan aku tidak punya teman.”

“Oh.” Kataku sambil melihat bekalnya. “Bekal yang imut. Apa kau membuatnya sendiri? Terlihat enak.”
Bekalnya diisi penuh dengan daging. “Tidak. Ibu yang membuatkanku bekal setiap hari.” Katanya. “Mau mencobanya?” Dia menyerahkan kotak bekalnya kepadaku. Aku memakannya. Rasanya enak. “Wow, rasanya enak!” kataku, terkejut. Dia terlihat senang. “Benarkah? Terima kasih!” katanya. “Aku akan meminta ibuku untuk membuatkanmu bekal besok!”

Aku mengangguk. Dia tersenyum kepadaku. Aku membalasnya tersenyum. Saat aku pulang sekolah, aku menerima pesan teks dari sahabatku kalau besok dia tidak masuk karena sakit. Aku sedih, tapi aku tidak akan sendiri. Karena aku punya teman baru.
Keesokan harinya, aku kebawah tangga saat jam makan siang. Aku sudah tidak sabar untuk memakan bekal makan siang yang dia buatkan untukku. Dia menunggu di bangku yang sama saat kami bertemu kemarin. “Ini bekal yang ibuku buatkan untukmu.” Katanya ceria. “Terima kasih!” kataku. Saat aku membuka kotak bekalnya, aku mencium bau daging panggang. Terlihat enak. Aku menusuk garpuku pada daging itu, lalu memasukkannya ke mulutku. Ini lebih enak dari yang kemarin. Aku bertanya-tanya bagaimana ibunya bisa memasak seenak ini.

“Terima kasih banyak! Ini bekal yang tepat!” kataku.
“Apa kau mau ke rumahku?” tanyanya. “Tentu saja!” jawabku. Hari itu, sepulang sekolah, aku menelpon ibuku untuk memberitahu bahwa hari ini aku akan pulang telat. Rumah Daisy sangat jauh dari rumahku dan rumahnya juga jauh dari rumah-rumah yang ada di blok-nya.

Rumahnya terlihat indah dari luar, tapi saat aku berjalan di dalam rumahnya, bau yang tidak enak tercium di hidungku. Baunya sangat menyengat, tapi Daisy sepertinya tidak terganggu akan bau itu, dan aku tidak ingin melakukan sesuatu yang memalukan di depannya.

Dia membawaku ke dapurnya dan baunya jauh lebih parah lagi. Aku menahan nafasku. Dia menyuruhku duduk, jadi aku duduk di kursi. Baunya membuatku hampir muntah. Ada apa dengan rumah ini? Tanyaku dalam hati.
“Apa kau pernah memakan lidah?” Tanya Daisy.
“Lidah?” tanyaku bingung.

“Ya, lidah panggang.” Katanya, tersenyum. “Itu adalah rasa yang terbaik dari semuanya.”

“Tidak, terima kasih.” Jawabku. “Kedengarannya aneh. Mungkin lebih baik kita makan daging seperti yang kita makan tadi siang?”

“Oke, tidak masalah.” Daisy tersenyum. Lalu, dia membuka kulkas. Bau busuk keluar dari sana. Saat Daisy berbalik, aku merasa ngeri dengan apa yang ada di dalamnya. Ada setengah daging manusia(perempuan). Matanya menatap dengan tatapan kosong.

“Oh, aku minta maaf.” Kata Daisy. “Aku lupa memperkenalkanmu dengan ibuku!”